Membaca merupakan kebutuhan dan sebuah
ketrampilan yang harfiahnya dimiliki oleh manusia sejak manusia mengenal simbol
dan tulisan. Mungkin kita masih terbiasa
melihat kebiasaan membaca di kalangan orang tua, bagaimana dengan para
anak-anak dan remaja saat ini? Masihkah mereka melakukan kegiatan ini?
Tampaknya hal ini yang membuat pemerintah Kota Semarang khususnya Kantor
Perpustakaan dan Arsip Kota Semarang untuk terus mendorong masyarakat Kota
Semarang agar tetap memiliki minat dan semangat membaca.
Untuk
ke-15 kalinya Festival Buku Murah Semarang diadakan di Gedung Wanita, Jalan
Sriwijaya, Semarang yang diadakan dari tanggal 1-7 April 2015. Berbagai dekorasi luar ruangan sudah tertata
dengan baik sehingga dapat menarik minat pengunjung. Awang Wisnuaji (28) panitia Festival Buku
Murah Semarang 2015 dari pihak Event Organizer Three G Production menyatakan
“dari tahun ke tahun, kami selalu membuat iovasi dan dekorasi baru, tergantung
dari tema acara”. Pada kesempataan saat ini, tema yang di paparkan untuk acara
ini yaitu “revolusi ilmu dengan buku”, untuk merealisasikan tema tersebut
dibuatlah monumen yang bebentuk otak manusia berwarna warni yang seolah-olah
keluar dari buku raksasa yang bisa berputar-putar seperti yang bisa kita lihat
di Universal Studio.
Monumen Revolusi Ilmu dengan Buku |
Tidak
hanya dekorasi luat ruangan saja yang dibuat untuk mendorong masayarakat mau
datang ke pameran buku ini, di buat pula panggung hiburan yang megah di depan
lengkap dengan tenda dan kursi penonton.
“setiap malam kami mengadakan acara malam, yang tentunya bisa dinikmati
oleh para pengunjung, jarang kan jualan buku ada hiburanya?” ujar Awang. Hiburan yang disuguhkan tidak hanya bertajuk
musikal seperti pertunjukan band, tapi juga ada sulap, komunitas reptil bahkan
kita bisa melihat kreatifitas dari anak SMP yang mengembangkan ilmu fisika dan
robot dari salah satu Universitas di Kota Semarang.
“kami
sebagai panitia memiliki fungsi sebagai pengelola acara dan publikasi, jadi
kreatifitas kami di pertaruhkan disini, dan kota Semarang sebagai tolok ukur
keberhasilan sebelum ke kota kota lain. Untuk di kota Semarang sendiri kami
bekerja sama dengan Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Semarang, begitu juga di
kota kota lain kami menggandeng perpustakaan pemerintah kota setempat” ucap
Awang, Di sekretariatan tempat Panitia berkumpul ini terpampang berbagai poster
acara pameran buku sejenis yang diadakan di berbagai kota yang rata-rata berada
di pulau Jawa dan Kalimantan, seperti kota Pekalongan, Yogyakarta, Banjarmasin,
Bontang, Surabaya, dan tentunya Semarang itu sendiri.
Buku
yang di pamerkan dengan mengandeng berbagai penerbit ini sangat beraneka ragam,
mulai dari buku anak-anak, pelajaran sekolah, unversitas, umum filsafat, agama
, sejarah dan lain sebagainya cukup lengkap dihadirkan di pameran kali ini.Vika
(23) salah satu pengunjung mwnyatakan “mumpung sedang bazar jadi saya hunting
buku disini, saya suka novel dan komik buat koleksi”. Kesempatan emas ini sepertinya tidak ia
sia-siakan begitu saja, “biasanya saya mengeluarkan banyak uang untuk ini, kalo
lagi bazar saya bisa hemat 25 – 50%”. Berbeda
dengan Niko (21),”saya gak suka baca, kesini cuman mau beli buku untuk kuliah
saja, karna ada bazar jadinya saya kesini, kalo di toko buku takut dapet
mahal”.
harga obral buku mulai sepuluh ribu rupiah |
Lalu apakah hanya para
penggemar buku saja yang membeli buku disini? Bahkan ada yang mencoba mencari
peruntungan dengan membeli buku di pameran ini lalu dijual kembali,hal ini
dilakukan oleh Santi (26), “saya membeli banyak novel yang seharga 15-20 ribuan
untuk saya jual kembali di media sosial, lumayan bisa buat nambah uang saku,
apalagi kalo buku yg saya dapatkan novel langka, bisa saya jual lebih mahal
lagi.” Banyak faktor yang ada di dalam masyarakat
dan dari berbagai kalangan dan latar belakang yang berbeda yang datang ke
pameran buku ini.
Menurunya tingkat
membaca ini mungkin sudah menjadi hal yang wajar. Kita tahu, beberapa metode pembelajaran dari
jaman dulu siswa dibentuk secara pasif untuk lebih aktif mendengar daripada
membaca, hal yang simple saat masa kanak-kanak, orang tua lebih sering
mnceritakan dongeng kepada anak-anaknya sehingga mereka tumbuh di generasi
“gemar mendengar”. Mengajak para siswa
untuk lebih mengenal buku tidak selain dengan dekorasi dan acara hiburan yang
dijelaskan tadi, ternyata ada strategi lain untuk meningatkan jumlah massa
supaya datang ke pameran, yaitu dengan mengadakan lomba. Lomba dari tingkat
taman kanak-kanak sampai SMA ikut berpartisipasi dalam acara pameran ini.
Suwardi
Kurniawan (35) yang biasa dipanggil pak Wardi menyatakan “kami dari Kantor
Perpustakaan dan Arsip Kota Semarang rutin setiap mengadakan bazar buku ini
dengan acara lomba, lewat Dinas Pendidikan kami mengirimkan surat pemberitahuan
mengenai lomba yang berhadiah piala dari Walikota Semarang.”
Lomba yang diadakan
antara lain, lomba mewarnai, menggambar, menyanyi, menari tradisional, modern
dance dan lomba band pelajar. Antusiasme para peserta lomba dari tahun ke tahun
semakin meningkat, dikarenakan adanya piala walikota yang dapat digunakan
sebagai pertimbangan prestasi tiap siswa dalam melanjutkan pendidikanya di
jenjang yang lebih tinggi. Tidak hanya
lomba antar pelajar saja untuk menrik massa, dengan mengadakan program wisata
buku, yaitu program yang mengundang murid sekolah beserta guru untuk hadir di
festival buku murah, dengan demikian akan mempengaruhi para siswa untuk memiliki
rasa inngin membaca dengan membeli buku di pameran ini.
Stand Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Semarang |
Selain metode
pembalajaran yang pasif, faktor yang mempengaruhi kurangnya minat membaca yaitu
faktor ekonomi. Buku jaman sekarang
jarang ada yang murah, rata-berharga mahal.
Hal ini tentu Kantor Perpustakaan dan Arsip kota semarang tidak tinggal
diam begitu saja, mereka mengadakan progra book exchange, yaitu program
menukarkan buku lama yang sudah dibaca dengan buku baru yg bebas mereka pilih
untuk dimiliki “Jadi pengunjung yang tidak punya dana untuk membeli buku
barupun tetap bisa mendapatkan bacaan baru melalui program ini, barter lah
dengan pembaca yang lain” ujar pak Suwardi.
Lalu bagimana dengan
anak-anak yang baru belajar mengenal buku dan belajar membaca? Tentunya tidak
bisa disamakan dengan para pembaca dewasa pada umumnya, mengingat teknologi
multimedia sekarang ini semakin canggih dan maju, banyak anak jaman sekarang
yang lebih memilih gadget ketimbang buku. Salah satu penerbit yang menggunakan
strategi untuk menarik minat membaca pada Anak ini ialah Pustaka Lebah. Ernawati
(39) dari pustaka lebah menyatakan,”kami dari Pustaka Lebah membuat sebuah buku
yang mampu berinteraksi dan komunikatif dengan pembacanya, terutama anak-anak.
Selain gambar yang menarik juga video interaktif yang saling melengkapi.”
Stand Pustaka Lebah |
Yoghi Raditya G.311.12.0073